Kamis, 05 Agustus 2010

Pengalaman “Aduh”


“Mencari kebahagiaan dan menghindari kesengsaraan” adalah modus hidup manusia yang paling banyak dipilih. Dalam modus ini, manusia ingin menggapai hal-hal yang bersemenaan dengan kebahagiaan. Kebahagiaan itu biasa diwakili dengan terminologi Sukses, Kaya atau bahkan Kaya Raya, Hebat, Makmur, Sehat, Berhasil, Luar Biasa dan lainnya. Namun, usaha manusia dalam modus hidup “mencari kebahagiaan dan menghindari kesengsaraan” tidak selalu berjalan mulus. Dalam usaha menggapai bahagia hampir selalu ada derita, upaya meraih suka kadang harus berakhir duka. Pengalaman derita, duka, gagal, kecewa atau sakit inilah yang kemudian saya sebut pengalaman “aduh”.

Rekan nan inspiratif,
Mari kita menoleh ke belakang sejenak. Ada berapa pengalaman yang membuat kita mengucap, “Aduh gagal maning”, atau “Aduh kok gaji ku gak naik-naik sih”, “Aduh sakitnya punggungku”, “Aduh anakku kok malah jadi nakal begini sih?”, atau “Aduh, si bos kasih aku kerjaan yang susah banget sih...” dan banyak lagi pengalaman”aduh” dalam perjalanan hidup kita.

Isi “Pengalaman Aduh” ialah ketidak-sesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang nyata dihadapi. Orang berharap selalu sehat-bugar, tapi ternyata dia justru terkena demam berdarah, backpain, atau dia berharap baik-baik saja dan bisa jadi juara lomba bulutangkis eh ternyata keseleo dan kalah. Orang berharap untuk senang, bahagia dan sukses, tetapi tidak jarang justru dihadapkan pada kenyataan yang sebaliknya, sedih, derita, dan kegagalan. Tidak sesuainya harapan dengan kenyataan itulah yang menjadi isi utama dalam pengalaman “aduh”.

Mari kita ambil contoh. Semisal seorang pebisnis berharap bahwa omset bulanannya bisa mencapai kisaran 1 Milyar Rupiah. Dengan Target (harapan) itu si pebisnis melakukan begitu banyak upaya keras untuk berhasil. Somehow, dalam 6 bulan terakhir dia menemukan kekecewaan bahwa hanya satu bulan saja dia mencapai omset 1 milyar, artinya dalam 5 bulan selebihnya dia merugi hingga ratusan juta. Tentu di sini ada pengalaman “aduh”. Ada apa? Bagaimana “Pengalaman Aduh” itu muncul? Nah, pertanyaan lebih lanjut adalah mengapa ada ketidaksesuaian harapan dan kenyataan? Hmmm.... tentu ini pertanyaan yang dalam dan banyak model jawaban yang bisa disajikan. 

Rekan nan inspiratif,
Seperti sudah kita ketahui bahwa pengalaman aduh muncul karena ada ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, adanya clash of happiness and sorrow. Ketidaksesuaian ini bisa dipicu oleh beberapa hal, yang pertama: Setting target / Harapan yang kurang tepat; Kedua: Strategi yang belum jitu; Ketiga: Mind Set yang belum pas. Mari kita lihat sekilas satu per satu keempat kemungkinan penyebab pengalaman “aduh”.

Pertama, pengalaman “aduh” bisa teralami karena setting target atau harapan yang kurang tepat. Merancang target bukanlah hal yang mudah dilakukan, terutama jika target itu selalu disertai resiko besar. Dalam hal men-set sebuah target, seseorang atau sekelompok orang dalam sebuah organisasi/perusahaan harus mampu misalnya melihat kekuatan yang dimiliki untuk mencapainya, kecenderungan pasar, daya beli masyarakat maupun juga persistensi kualitas perusahaan itu sendiri. Terlalu berani membuat target yang tinggi tanpa resource yang memadai justru akan semakin memperlancar jalan kita menemui si pengalaman “aduh” yang sedianya harus dihindari. Berharap banyak akan suatu hal tanpa upaya dan kemampuan uji diri yang layak juga akan berujung pada kekecewaan.

Pedoman yang sudah umum dipakai banyak pihak dalam membuat target adalah prinsip SMART: Specific, Measureable, Achieveable, Reasonable dan in Time frame. Target harus selalu detail alias spesifik. Jauhi sifat abstrak dari sebuah target. Measureable, sebuah target harus dapat diukur secara objektif, apakah diukur dengan rupiah, diukur dengan presentase atau angka ukur lainnya. Target harus achieveable, berkemungkinan untuk dapat dicapai alias tidak mengada-ada. Reasonable alias masuk akal adalah ciri target yang mau menunjukkan bahwa target itu dibuat dengan alasan yang tepat dan bukan dari upaya reka-reka semata. Terakhir, target sebaiknya dibuat dalam batasan waktu pencapaian atau Time frame, hari, minggu, bulan dan sebagainya. Ulasan lebih lengkap tentang SMART Target silahkan click di sini.
Kedua: Strategi yang belum jitu. Pemenuhan sebuah harapan dan pencapaian suatu target tentu sangat ditentukan oleh strategi yang dijalankan. Apakah upaya pencapaian itu sekadar jalan atau asal-asalan? Untuk itu diperlukan studi serius tentang strategi pencapaian target. Apa strategi pemasaran yang tepat? Bagaimana dengan kompetitor, apa yang mereka lakukan?  Lain Ladang Lain Belalang, kata pepatah. Untuk sebuah target yang berbeda tentu membutuhkan pendekatan strategi yang berbeda pula.
Saya kutipkan pernyataan Pak Mario Teguh tentang strategi atau proses upaya: Kualitas tindakan menentukan kualitas Hasil, dan setiap tindakan PASTI menghasilkan.... Maka, berhentilah berfokus pada hasil yang TIDAK anda sukai. Berfokuslah pada PROSES yang akan menghasilkan dengan baik. Singkatnya, if that way wasn’t work, try another way. Salah melakukan strategi akan mempersingkat jarak kita dengan si pengalaman “Aduh”.
Ketiga: Mind Set dan Attitude yang belum pas. Cara kita memandang diri, apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri adalah suatu energi yang akan menarik kita pada isi pikiran kita itu. Cara pandang kita akan sangat menentukan sikap kita. Ketika kita menentukan sebuah tujuan, tentukanlah itu dengan menggunakan modalitas alam sadar dan alam bawah sadar  sekaligus. Anda ingin mengurangi berat badan hingga turun 9 kg dalam waktu 2 bulan, tetapi tujuan itu dibuat masih oleh logika kita saja, bagian kepala saja (alam sadar). Coba tambahi dengan muatan emosional, ikutkan alam bawah sadar Anda. Caranya? Latihlah diri Anda dengan relaksasi dan gunakan indera Anda untuk merasakan apa saja yang terasa saat relaksasi itu, lalu mulai rasakan RASAnya turun berat badan 9 kg dalam 2 bulan.
Lagi, saya kutipkan pernyataan Pak Maio Teguh: Tidak ada yang bisa menghalangi KEBERHASILAN ANDA YANG SIKAPNYA TEPAT, dan tidak ada yang bisa menolong orang yang sikapnya salah. Jika Anda menyikapi kesulitan sebagai perintah untuk memperbaiki diri, maka keberhasilan menjadi wajar dan hanya masalah waktu. Tetapi, orang yang mengkritik setiap nasehat baik, akan menua dalam kelemahan masa mudanya. KETEPATAN SIKAP ADALAH DASAR DARI SEMUA KEBERHASILAN.
Rekan nan inspiratif, 
Ketiga kemungkinan sebab munculnya pengalaman “aduh” ini tentu bisa menjadi sesuatu yang nyata dan terkadang harus dihadapi dengan segala upaya kita untuk menjadi manusia-manusia pembelajar. Semua orang mengharapkan kebahagiaan, tetapi tidak semua orang siap menghadapi derita dan kekecewaan. Untuk itu, kenalilah sebab munculnya pengalaman aduh Anda, dan bersiaplah selalu untuk menjadi manusia pembelajar nan inspiratif bagi sesama.

3 komentar:

  1. nice post...

    barusan ajah ngerasain "pengalaman ADUH".. jadi malu...

    BalasHapus
  2. Aku mampir Mas....

    Wow...dirimu sungguh berbakat menulis...berbagi..trainer..motivator...
    Teruskan...Semangat...hehehhe...The next Mario Teguh???hehehe

    ...Pengalaman "aduh"ku...memberiku kekuatan baru...
    Memberi pencerahan bagaimana selalu belajar menata hati,budi,cita-cita dan harapan..
    Aduh..sampai mengaduh..tapi harus terus maju
    dan menyunggingkan senyum kukuh...
    lely

    BalasHapus
  3. Ully: Thanks. I also like your blog. Sepertinya tidak perlu malu dengan pengalaman Aduh, hadapi, sadari dan seperti Teman Anonim katakan: TErus Maju dan sunggingkan senyum kukuh...

    Terimakasih.

    BalasHapus

Alfonsus Aditya's Another Life